15.9.13

Intersection part 2

Have you ever been at a intersection? When you found your self with some choices. When making a decision is a must. When you forget the way to let your tears roll down. Waktu semuanya berjalan baik-baik aja, atau bahkan sangat-sangat menyenangkan dan kemudian lo dikejutkan sama kenyataan yang memaksa diri lo buat nyimpen semua kesenangan itu and face the truth. Ya persimpangan ini yang sudah saya lalui.


I wrote this about 2 years ago. This happened again and for sure I've passed it.

Thank God for the answer you gave to me. I love you. I know You will always be by my side in every step I take, in every feeling I felt. Thank You for showing me every little thing I have to know and help me controlled my days lately.

Untuk kamu yang mungkin bakal ngebaca tulisan ini suatu saat nanti.
Terima kasih untuk semuanya. Untuk semua proses 3 tahun ini. Semuanya berharga buat aku tanpa terkecuali. Semua yang kamu lakuin, semuanya berarti. Terima kasih sudah mengizinkan aku bertingkah kekanak-kanakan ke kamu. Terima kasih untuk setiap manis dan pahit yang udah bersedia kamu lewatin bareng aku. Untuk sakit yang kamu tinggalin supaya aku bisa beranjak.

Mungkin dari kemarin hati ini belum ikhlas, sekarang pun belum. Mungkin dari kemarin masih ga terima, sekarang pun masih. Mungkin pikiran ini terus mencari-cari kesalahan besar apa yg udah terjadi sampai-sampai hati ini harus nanggung sakit sedemikian besarnya. Tapi aku yakin kamu punya alasan, Tuhan punya alasan, tidak ada yg salah, semua baik adanya. Kalau memang harus sakit supaya pembelajaran ini membekas, hati ini rela.

Kalau hati dan pikiran ini terus bertanya kenapa, mungkin ga bakal ada habisnya. Aku tau kita sama-sama ga punya jawaban untuk setiap 'kenapa' di pikiran kita. Ga ada yang salah. Ga ada yang jahat. Sejahat apapun 3 minggu belakangan, hati ini tau setiap hal punya alasan. Kalau memang harus ada yg disalahkan, biar keadaan yg menjadi salah.




Kalau memang aku gabisa menjadi buku buat kamu, aku sudah cukup senang untuk sekedar menjadi chapternya.


Now, go on.
Thank you, Joshua. You've been an extraordinary guy in my life.

2 comments:

nadiraa natasyaa said...

kenapa:( sedih :(

Astrid Theresia said...

Entah nad, emang sedih sih nad, masih nyoba buat ngikhlasin sampe detik ini:)